4. SINGLE PARENT
A. Pengertian
Single parent adalah keluarga yang mana hanya ada satu orang tua tunggal, hanya ayah
atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk biasa terjadi pada kelurga sah secara hukum maupun
keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun hukum pemerintah.
Konsep keluarga bukan lagi kaku secara teori konvensional bahwa kelurga terdiri dari
ayah , ibu, dan anak-anak kandung. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dalam suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan ( depkes RI 1991 )
Fungsi Keluarga menurut WHO :
• Fungsi biologis
• Fungsi psikologis
• Fungsi sosial budaya
• Fungsi sosial ekonomi
• Fungsi pendidikan
B. Sebab-Sebab Terjadinya Single Parent
1. Pada keluarga Sah
a. Perceraian. Adanya ketidakharmonisan dalam kelurga yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan keluar, masalah
ekonomi / pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh, kematangan emosional yang
kurang, perbedaan agama, aktifitas suami istri yang tinggi di luar rumah sehingga kurang
komunikasi, problem seksual dapat merupakan faktor timbulnya perceraian.
b. Orang Tua Meninggal. Takdir hidup dan mati manusia di tangan Tuhan. Manusia
hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian ada berbagai macam. Antara
lain karena kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, musibah bencana alam, kecelakaan
kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.
c. Orang Tua Masuk Penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena melakukan tindak
kriminal seperti perampokan, pembunuhan, pencurian, pengedar narkoba atau tindak
perdata seperti hutang, jual beli, atau karena tindak pidana korupsi sehingga sekian lama
tindak berkumpul dengan keluarga.
d. Study ke Pulau lain atau ke Negara Lain. Tuntutan profesi orang tua untuk
melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan harus berpisah dengan
keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang meneruskan
pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu saja sehingga
menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi oleh ayahnya yang harus tetap
kerja di negara atau pulau atau kota kelahiran.
e. Kerja di Luar Daerah atau Luar Negeri. Cita-cita untuk mewujudkan kehidupan yang
lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua meninggalkan daerah, terkadang
ke luar negeri.
2. Pada Keluarga Tidak Sah
Dapat terjadi pada kasus kehamilan di luar nikah, pria yang menghamili tidak
bertanggung jawab. Rayuan manis saat pacaran menyebabkan perempuan terbuai dan
terpedaya pada sang pacar. Setelah hamil, tidak dikawini, dan ditinggal pergi sehingga
perempuan membesarkan anaknya sendirian. Kasus yang lain pada perempuan korban
perkosaan yang akhirnya menerima kehamilannya ataupun perempuan WTS yang
mempunyai anak menyebabkan anak tidak pernah mengenal dan mendapatkan kasih
sayang ayah.
=> Hal-hal yang perlu dilakukan oleh Single Parent
1. Keterbukaan. Menyandang status single parent (janda/duda) sebenarnya bukanlah suatu
hal yang harus ditutup-tutupi. Ketika masyarakat menilai status itu dengan prasangka
negatif, sebagian orang justru bisa menunjukan bahwa menjadi single parent justru
bukan sesuatu yang buruk.
2. Mengisi Waktu. Sebagai manusia biasa, kehilangan pasangan hidup bisa menimbulkan
rasa kesepian, rasa kesendirian yang mendalam biasanya muncul ketika dia sedang
dilanda masalah.
3. Membuka Diri Untuk Masa Depan. Berbagi cerita dengan orang-orang yang bernasib
sama adalah salah satu terapi yang bisa dilakukan untuk mengurangi tekanan psikologis.
Kegiatan ini juga dilakukan oleh mereka yang tidak siap menjalani statusnya sebagai
single parent (janda/duda). Melalui komunitas berbagi ini mereka dapat membuka diri
untuk pergaulan meski tetap masih memilih-milih teman.
=> Hal-hal yang harus di perlukan oleh Single Parent Berkaitan dengan Anaknya
1. Selain berharap ayah dan ibunya berumur panjang, anak-anak mengharapkan kedua
orang tuanya itu senantiasa hadir ditengah-tengah mereka.
2. Terjadinya kesepahaman antara suami dan isteri dalam berbagai hal yang berhubungan
dengan kehidupan pribadi dapat berpengaruh pada diri anak.
3. Terdapatnya sistem dan aturan yang sama dalam membina rumah tangga dan mendidik
anak bukan berarti meniadakan sistem dan aturan yang lain.
4. Tersedianya berbagai perlengkapan rumah tangga tentunya untuk kehidupan yang wajar
dan tidak bermegah-megahan.
5. Adanya rasa kasih sayang yang bersumber dari keyakinan dan keimanan, inilah yang
Akan mempersatukan suami dan isteri dengan anggota keluarga yang lain.
=> Dilema Anak
Selain berbagi kiat cara menghadapi stigma sosial, komunitas tersebut juga dapat saling
memberikan masukan tentang bagaimana menjadi orang tua tunggal, untuk selalu terbuka
dengan anaknya dalam berbagai masalah.
=> Mental Anak
1. Ketidakhadiran ayah bagi anak perempuan tidak memberi dampak yang besar
dibandingkan dengan ketidakhadiran ayah pada anak laki-laki.
2. Jangan mengevaluasi anak dengan kata-kata yang negatif sehingga anak-anak kehilangan
kepercayaan diri.
3. Libatkan dia dengan lingkungan keluarga yang memiliki anak laki-laki dan izinkan dia
untuk mengambil keputusan atas nama dan untuk dirinya sendiri
C. Dampak Single Parent
1. Dampak Negatif
a. Perubahan Perilaku Anak. Bagi seorang anak yang tidak siap ditinggalkan orang
tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi pemarah, barkata
kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang, menyakiti temanya. Anak
juga tidak berkesempatan untuk belajar perilaku yang baik sebagaimana perilaku
keluagra yang harmonis. Dampak yang paling berbahaya bila anak mencari pelarian di
luar rumah, seperti menjadi anak jalanan, terpengaruh penggunaan narkoba untuk
melenyapkan segala kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih
sayang, kurang perhatian orang tua.
b. Perenpuan Merasa Terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang sebagai janda atau
yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan ejekan.
c. Psikologi Anak Terganggu. Anak sering mendapat ejekan dari teman sepermainan
sehingga anak menjadi murung, sedih. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi
kurang percaya diri dan kurang kreatif.
2. Dampak Positif
a. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan terjadi
komunikasi yang berlawanan dari orang tua, misalnya ibunya mengijinkan tetapi
ayahnya melarangnya, Nilai yang diajarkan ole ibu atau ayah diteriam penuh karena
tidak terjadi pertentangan.
b. Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan dan tegar.
c. Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal didampingi,
terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
3. Dampak Single Parent bagi Perkembangan Anak
1. Tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga anak kurang dapat
berinteraksi dengan lingkungan, menjadi minder dan menarik diri.
2. Pada anak single parent dengan ekonomi rendah, biasanya nutrisi tidak seimbang
sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
3. Single parent kurang dapat menanamkan adat istiadat dan murung dalam keluarga,
sehingga anak kurang dapat bersopan santun dan tidak meneruskan budaya keluarga,
serta mengakibatkan kenakalan karena adanya ketidakselarasan dalam keluarga.
4. Dibidang pendidikan, single parent sibuk untuk mencari nafkah sehingga pendidikan
anak kurang sempurna dan tidak optimal.
5. Dasar pendidikan agama pada anak single parent biasanya kurang sehingga anak jauh
dari nilai agama.
6. Single parent kurang bisa melindungi anaknya dari gangguan orang lain, dan bila dalam
jangka waktu lama, maka akan menimbulkan kecemasan pada anak atau gangguan
psikologis yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak.
4. Dampak Single Parent Terhadap Ibu
1. Beban ekonomi
2. Fungsi seksual dan reproduksi
3. Hubungan dalam interaksi sosial
D. Ciri Keluarga Single Parent yang Berhasil
1. Menerima tantangan yang ada selaku single parent dan berusaha melakukan dengan sebaik-
baiknya.
2. Pengasuhan anak merupakan prioritas utama.
3. Disiplin diterapkan secara konsisten dan demokratis, orang tua tidak kaku dan tidak
longgar.
4. Menekankan pentingnya komunikasi terbuka dan pengungkapan perasaan.
5. Mengakui kebutuhan untuk melindungi anak-anaknya.
6. Membangun dan memelihara tradisi dan ritual dalam keluarga.
7. Percaya diri selaku orang tua dan independent.
8. Berwawasan luas dan beretika positif.
9. Mampu mengelola waktu dan kegiatan keluarga.
E. Enam (6) karakter dalam Keluarga Single Parent yang Prima
1. Adanya kualitas waktu yang dihabiskan bersama dalam anggota keluarga.
2. Memberikan perhatian lebih, termasuk dalam hal-hal kecil, seperti meninggalkan pesan
yang melukiskan perhatian dari orang tua.
3. Keluarga yang prima adalah keluarga yang saling komitmen satu sama lainnya.
4. Menghormati satu sama lain, contohnya : dengan mengucapkan atau mengekspresikan rasa
sayang kepada anak-anak, mengucapkan terima kasih pada saat anak-anak selesai
melakukan tugas yang diberikan.
5. Kemampuan berkomunikasi penting dalam membangun keluarga yang prima.
6. Kondisi krisis dan stress dianggap sebagai tahapan kesempatan untuk terus berkembang.
F. Pentingnya Konseling agar dapat
1. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
2. Penerimaan ibu dan anak dalam lingkaran keluarga.
3. Masuk dalam lingkungan keluarga/masyarakat secara wajar.
4. Upaya menyatukan kembali keluarga, bagi keluarga mereka yang ditelantarkan suami/ayah
G. Penanganan Single Parent
1. Memberikan Kegiatan Yang Positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat mendukung
anak untuk lebih bisa mengaktualisasikan diri secara positif antara lain dengan penyaluran
hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan hal-hal yang positif.
2. Memberi Peluang Anak Belajar Berperilaku Baik . Bertandang pada keluarga lain yang
harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur orang tua yang tidak
diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
3. Dukungan Komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua tunggal
dapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang bernasib sama
sehingga tidak merasa sendirian.
H. Upaya Pencegahan Single Parent dan Pencegahan Dampak Negatif Single Parent
1. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
2. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam segi
psikologis , keuangan, spiritual.
3. Menjaga komunikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
4. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
5. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar